LAPORAN OBSERVASI PERKEBUNAN TEH DI DESA TRITIS, NGARGOSARI SAMIGALUH, KULONPROGO


TUGAS BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI
LAPORAN OBSERVASI PERKEBUNAN TEH DI DESA TRITIS,  NGARGOSARI SAMIGALUH, KULONPROGO



DISUSUN OLEH :
Amalia Widya Pangestika              20140220168
Retno Jumilah                                 20140220179
Agesti Vidyaningrum                      20140220200
Rizqy Prabowo Putra                     20140220189
Rezha Fauzan Harista                    20140220213

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Teh adalah bahan minuman penyegar yang sudah lama dikenal dan sudah membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Beberapa kandungan senyawa kimia dalam teh dapat memberi kesan warna, rasa dan aroma yang memuaskan peminumnya. Sehingga sampai saat ini, teh adalah salah satu minuman penyegar yang banyak diminati. Selain sebagai bahan minuman, teh juga banyak dimanfaatkan untuk obat-obatan dan kosmetika. Peran komoditas teh dalam perekonomian di Indonesia cukup strategis. Industri teh Indonesia pada tahun 1999 diperkirakan menyerap sekitar 300.000 pekerja dan menghidupi sekitar 1,2 juta jiwa. Selain itu, secara nasional industri teh menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 1,2 triliun (0,3% dari total PDB nonmigas) dan menyumbang devisa bersih sekitar 110 juta dollar AS per tahun. Dari aspek lingkungan, usaha budidaya dan pengolahan teh termasuk jenis usaha yang mendukung konservasi tanah dan air (ATI, 2000).
Semakin tingginya tingkat konsumsi teh di Indonesia maupun di dunia menjadi pendorong pemerintah Indonesia untuk terus meningkatkan produksi teh. Bentuk peningkatan tersebut salah satunya dengan memperluas daerah penyebaran teh. Jika dulu daerah yang membudidayakan teh hanya didominasi di wilayah Jawa Barat, kini penyebarannya telah sampai ke daerah-daerah seperti Dieng, Sindoro, bahkan Yogyakarta khususnya Kulon Progo.
Hingga saat ini, kebun teh tidak hanya dimiliki oleh pemerintah atau swasta, rakyat pun telah memiliki kebun teh dengan beraneka ragam luas lahan. Teh milik rakyat biasanya mendapatkan bantuan dari pemerintah pada awal perintisannya. Pedukuhan Tritis, Kelurahan Ngargosari, Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo merupakan salah satu desa yang mendapat bantuan dari pemerintah untuk mengembangkan perkebunan the di wilayah setempat. Potensi teh di wilayah tersebut sangat besar untuk terus dikembangkan.
Tak hanya mendapat bantuan berupa sarana dan prasarana produksi, petani Tritis juga dibekali pelatihan dan penyuluhan guna menambah keterampilan dalam mengelola kebun teh sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi teh.

B.     Tujuan
Tujuan dilakukannya observasi pada perkebunan teh adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui dan memahami teknik budidaya teh dari persiapan lahan hingga pasca panen.
2.      Membandingkan kesesuaian teknik budidaya teh antara petani dan ketetapan Good Agriculture Practice (GAP).
3.      Menganalisis kelayakan usaha tani teh.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.       Budidaya Teh Yang Baik (Good Agriculture Practices/GAP on Tea)
1.      Syarat Tumbuh Tanaman
a.       Tanah
·         Tanah mempunyai derajat keasaman (pH) antara 4,5–5,5.  
·         Jenis tanah yaitu tanah Andisol, Latosol dan Inceptisol. 
·         Tanah mempunyai kedalaman-efektif (effective depth) dan berstruktur remah lebih dari 40 cm (Permentan, 2014).
b.      Iklim
·         Suhu udara berkisar antara 13 °C – 25 °C.
·         Cahaya matahari yang cerah dan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang 70%.
·         Curah hujan rata-rata sepuluh tahun terakhir menunjukkan bulan kemarau curah hujannya kurang dari 60 mm selama dua bulan berturut-turut.
·         Jumlah hujan  tidak kurang dari 2.000 mm per tahun.
·         Makin banyak sinar matahari makin cepat pertumbuhan, sepanjang curah hujan mencukupi. 
c.       Tinggi Tempat 
·         Tinggi tempat 600–2.000 m atau lebih di atas permukaan laut (dpl).
·
2.      Kesesuaian Lahan
a.       Tanah yang serasi
·         Tanah mempunyai kedalaman-efektif (effective depth)   dan berstruktur remah lebih dari 40 cm.
·         Curah hujan di atas 2.500 mm/tahun. 
·         pH tanah rendah 4,5–5,5.
·         Jenis tanah yang serasi yaitu Andisol.
b.   Tanah yang serasi bersyarat
·         Tanah yang mempunyai kedalaman efektif dan berstruktur remah/gumpal minimal 40 cm.
·         Curah hujan 2.500–3.000 mm/tahun.
·         Jenis tanah kategori ini yaitu tanah Latosol dan Podzolik (Inceptisol), curah hujan tinggi dan dari ketinggian pantai sampai 900 m diatas permukaan laut.
·         pH tanah rendah 4,5–5,5.
c.       Tanah yang tidak serasi
·         Tanah dengan kedalaman efektif sangat dangkal kurang dari 40 cm dengan struktur tanah mampat atau jenuh air.
·         Topografi miring >30 derajat, bergelombang sampai pegunungan.
·         Jenis tanah Entisol

3.      Persiapan Lahan
a.    Persiapan lahan untuk penanaman baru (newplanting)
·         Lahan untuk penanaman baru dapat berupa semak belukar atau lahan yang dikonversikan ke tanaman teh.
·         Kedalaman solum 40 cm, tanah harus dalam keadaan gembur, tanah harus bersih dari sisa-sisa akar dan kayu-kayuan.  
·         Jangka waktu persiapan lahan dengan waktu penanaman kurang lebih 2–3 bulan.
Dalam menyiapkan lahan untuk penanaman baru maka perlu melakukan beberapa hal seperti:
1.      Survei dan pemetaan tanah
·         Survei dilakukan untuk menentukan: jalan-jalan kebun untuk transportasi dan kontrol, lokasi emplasemen (pabrik, perumahan dan lain-lain), pembuatan peta kebun dan peta kemampuan lahan secara detail, pembuatan  fasilitas air dan lain-lain.
·         Pembongkaran pohon-pohon dan tunggul
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: 1) Pohon dimatikan terlebih dahulu sebelum dibongkar dengan cara pengulitan pohon (ring barking) setinggi 1 m dari leher akar. 2) Pohon dimatikan dengan menggunakan arborisida 5 ml dicampur dengan solar 95 ml yang dioleskan pada batang yang telah dikuliti sekelilingnya selebar 10–20 cm pada tinggi  50–60 cm di atas tanah. Pohon akan mati dalam 6–12 bulan. 3) Pembongkaran pohon atau tunggul secara manual sampai ke akar akarnya dengan mempergunakan pengungkit (takel) yang berkekuatan 3–5 ton agar tidak menjadi sumber penyakit.
·         Babad dan membersihkan (nyasap) semak belukar antara lain: 1) Kegiatan babad dan nyasap dilakukan setelah pembongkaran pohon-pohon dan tunggul selesai. Sampah babadan dibuang ke tempat yang tidak ditanami teh (jurang/dandang). Sampah tidak boleh dibakar pada tempat/lahan yang akan ditanami teh. 2) Setelah pembabadan, tanah disasap dengan cangkul sedalam 5–10 cm untuk membersihkan gulma. 3) Pembersihan gulma menggunakan herbisida glyphosate. Pekerjaan babad dan nyasap ini dikerjakan pada musim kemarau.
·         Pengolahan tanah  1) Pengolahan tanah dengan cara mencangkul sedalam 40 cm untuk pencangkulan kedua sedalam 30–40 cm dilakukan setelah 2–3 minggu pencangkulan pertama. 2) Pembuatan teras dilakukan pada areal dengan kemiringan >15 derajat dengan tujuan untuk mencegah erosi.
·         Pembuatan jalan dan saluran drainase 1) Lebar jalan kebun cukup 1 meter, sedangkan panjangnya tergantung keadaan. Dipertimbangkan juga faktor kemiringan lahan serta faktor pekerjaan pemeliharaan dan pengangkutan pucuk. 2) Saluran drainase untuk mencegah bahaya erosi dan memperbaiki drainase bagi lahan yang terletak pada cekungan. Pembuatan saluran drainase disesuaikan dengan keadaan lahan, kemiringan serta letak jalan kebun.
·         Pembuatan lubang tanam. Lubang tanam dibuat ukuran 30 x 30 x 40 cm untuk bibit asal stum biji dan 20 x 20 x 40 untuk bibit stek dalam kantong plastic dengan alterative jarak 120 x 90 cm atau 120 x 75 cm atau 120 x 60 cm (Rukmana, 2015).
b.      Persiapan lahan untuk penanaman ulang (replanting)
Persyaratan penanaman ulang apabila populasi tanaman tua (umur lebih dari 50 tahun) 30–50%, kepadatan populasi <40%. Lahan untuk penanaman ulang terdiri dari tanaman tua dengan   populasi 30–50%.
·         Pembongkaran pohon pelindung seperti pada pembongkaran pohon dan tunggul pada persiapan lahan untuk penanaman baru.
·         Pembongkaran perdu tua dengan cara pencabutan.
·         Pada lahan miring >30% pembongkaran dilakukan secara kimiawi menggunakan arborisida, dengan tujuan untuk menghindari terjadinya erosi.
·         Pelaksanaan mematikan perdu teh dengan bahan kimia yaitu sebagai berikut:
ü  Perdu teh terlebih dahulu dipangkas setinggi 5 cm (pangkasan leher akar).
ü  Luka pangkasan dibersihkan, kemudian diberi larutan arborisida 5 ml yang dicampur dengan minyak solar 95 ml, cukup untuk 15 perdu dan dilakukan secepatnya tidak boleh lebih dari 1 jam setelah pemangkasan.

4.      Penanaman Tanaman Pelindung
a.       Tanaman pelindung sementara 
·         Tanaman  pelindung  sementara yang digunakan yaitu jenis Crotalaria sp. dan Tephrosia sp.
·         Dengan menebarkan biji-bijinya sebanyak 8–10 kg/ha diantara barisan tanaman dengan selang 2 baris, dilakukan setelah selesai penanaman teh. 
b.      Tanaman pelindung tetap
·         Tanaman pelindung tetap yang digunakan pada dataran rendah (<800m dpl) yaitu jenis lamtoro (Leucena leucocephala), grevillia (Grevillia robusta), nimba (Azadirachta indica) dan sagawe (Adenanthera macropherma), dengan jarak tanam 10 x 10 meter (100 pohon/ha).
·         Tanaman pelindung tetap yang digunakan pada dataran sedang (800 - 1200 m dpl)  yaitu jenis grevillia (Grevillia robusta), albasia (Albizia falcata), mindi (Melia azadirach), dengan jarak tanam 15 x 10 meter (67 pohon/ha).
·         Tanaman pelindung tetap yang digunakan pada dataran tinggi (>1200 m dpl) yaitu jenis grevillia (Grevillia robusta), lamtoro (Leucena leucocephala), suren (Toona sureni), akasia (Acacia decurens, Acacia merensii), dengan jarak tanam 20 x 20 meter (50 pohon/ha).
·         Tanaman pelindung tetap diperlukan setelah tanaman pelindung sementara tidak lagi dapat dipertahankan (2–3 tahun).
·         Tanaman pelindung tetap  ditanam 1 tahun setelah penanaman teh atau bersamaan dengan tanaman teh.

5.      Penyiapan Bahan Tanam
Saat ini umumnya bahan tanam yang digunakan pada budidaya teh yaitu benih asal setek daun (cutting). Kriteria benih siap tanam yaitu, umur benih minimum 8 bulan (dataran rendah) dan minimum 10 bulan (dataran tinggi), tinggi minimum  25 cm dengan jumlah daun sempurna minimal 5 helai, batang berwarna coklat, tumbuh sehat, kekar dan berdaun normal, sistem perakaran cukup baik, terdapat akar tunggang semu dan tidak ada pembengkakan kalus dan beradaptasi terhadap sinar matahari langsung minimal 1 bulan.
Klon anjuran seri Gambung dibedakan menjadi:
·         Dataran rendah :  GMB 1, GMB 2, GMB 3, GMB 6, GMB 7, GMB 9
·         Dataran sedang : GMB 3, GMB 4, GMB 5, GMB 6, GMB 7, GMB 8,  GMB 9, GMB   10, GMB 11
·         Dataran tinggi  : GMB 1, GMB 2, GMB 3, GMB 4, GMB 5, GMB 6, GMB 7, GMB 8, GMB 9, GMB 10, GMB 11
GMB 1 sampai dengan GMB 5, mempunyai potensi hasil 4.000–5.000 kg/ha teh kering, tahan terhadap penyakit cacar dan pertumbuhan awal baik di dataran tinggi, sedangkan GMB 6 sampai dengan GMB 11 memiliki sifat-sifat hampir sama dengan klon GMB 1 sampai GMB 5, hanya potensi hasilnya lebih tinggi, yaitu ada yang dapat mencapai 5.500 kg/ha.

6.      Penanaman 
a.       Jarak tanam
Jarak tanam yang dianjurkan yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Rekomendasi jarak tanam yang dianjurkan
Kemiringan  tanah
Jarak tanam (cm)
Jumlah tanaman/ha (pohon)
Dataran s.d 15%
120 x 90
9.260
15-30%
120 x 75
11.110
≥30%
120 x 60
13.888
Batas tertentu
120 x 60 x 60
18.500

·         Jarak tanam antar barisan tanaman minimal 120 cm dan jarak tanam dalam barisan beragam antara 60–90 cm.
·         Pada lahan miring jarak tanam dilaksanakan dengan pola kontour dengan barisan tanaman memotong arah kemiringan, jarak tanam antar barisan minimal 120 cm dan jarak tanam dalam barisan 60 cm.
·         Sebelum penanaman lubang  diberi pupuk dasar terdiri dari 11 g Urea + 5 g TSP/SP36 + 5 g KCI .
·         Tanah mempunyai pH tinggi (>6) terlebih dahulu diberi belerang murni (belerang cirus) sebanyak 10–15 gram atau 50–100 gram belerang lumpur untuk tiap lubang.
·         Pembuatan rorak dengan ukuran 200 cm x 40 cm x 40 cm  setiap dua baris tanaman.
·         Untuk perluasan lahan baru, perlu membuat perencanaan kebun yang berkaitan dengan cara pemetikan. Jika direncanakan pemetikan menggunakan mesin, sebaiknya menggunakan jarak tanam double row (120 cm x 60 cm x 60 cm).
·         Untuk peremajaan pada lahan existing perlu memperhatikan keberadaan penyakit jamur akar pada saat pengolahan lahan. Jika terdapat gejala penyakit jamur akar, area tersebut harus dibersihkan agar penyakit tersebut tidak semakin berkembang. Jarak tanam yang digunakan bisa menggunakan jarak tanam yang disarankan.
·         Untuk area yang akan direhabilitasi, sebaiknya mengganti bahan tanaman dengan klon unggul.
·         Untuk penanaman baru, harus dimulai dengan penanaman pohon pelindung sementara.
b.      Pengajiran
·         Ajir terbuat dari bambu berukuran panjang 50 cm, tebal 1 cm.
·         Alat untuk menentukan jarak dan barisan tanaman dibuat dari rantai kawat atau tambang plastik yang biasa disebut kenca.
·         Pengajiran dimulai dari tempat yang tinggi turun ke bawah.
·         Menentukan titik tertinggi dan menancapkan ajir. Dari titik itu dibuat ajir induk dengan jarak tanam antar barisan  (120 cm) dari atas lereng turun ke bawah.
·         Ajir induk kedua terletak kira-kira 20 m, di sebelah ajir induk.
·         Sesudah ajir induk kedua ditentukan, maka dibuat ajir induk ketiga tepat pada garis kontur.
·         Menentukan letak ajir induk menggunakan alat teodolit, atau cukup mengandalkan pandangan mata biasa dan kemudian dicek dengan berjalan kaki.
·         Jarak tanam antar barisan (120 cm) pada lahan miring bukan jarak tanam proyeksi, tetapi jarak yang sebenarnya.
c.       Pembuatan lubang tanam
·         Lubang tanam dibuat 1–2 minggu sebelum penanaman.
·         Lubang tanam dibuat tepat di tengah-tengah di antara dua ajir.
·         Untuk benih asal biji ukuran lubang tanam yaitu 30 cm x 30 cm x 40 cm.
·         Untuk benih asal setek ukuran lubang tanam yaitu 20 cm x 20 cm x 40 cm.
d.      Penanaman benih
Cara penanaman benih asal setek dalam polibeg (bekong)
·         Menyobek Polibeg bagian bawah, kemudian bagian samping juga disobek dari atas ke bawah sampai bertemu dengan sobekan pada bagian bawah. Ujung polibeg bagian bawah yang telah sobek tadi ditarik ke atas sehingga bagian bawah polibeg terbuka.
·         Benih dipegang dengan tangan kiri, disangga dengan belahan bambu, kemudian dimasukkan ke dalam lubang, sementara tangan kanan menimbun lubang dengan tanah yang berada di sekitar lubang dengan menggunakan kored.
·         Setelah tanah penuh menutup bagian akar benih, belahan bambu dan polibeg ditarik dengan hati-hati keluar dari lubang tanam.
·         Plastik disimpan pada ujung ajir yang berada di sebelahnya, kemudian tanah di sekitar benih dipadatkan dengan tangan dan  tidak dipadatkan dengan cara diinjak.
·         Selesai menanam, tanah disekitar lubang diratakan agar tidak nampak cekung atau cembung.

7.      Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
a.       Pembentukan bidang petik
Pemeliharaan TBM dilakukan pada tanaman umur 0–36 bulan. Tujuan pembentukan bidang petik agar diperoleh bidang petik semaksimal mungkin dengan cabang yang banyak untuk mendapatkan produksi pucuk sebanyakbanyaknya.
·         Cara Pemangkasan
Cara pemangkasan dilakukan pada tanaman yang berasal dari stump. Benih yang akan ditanam (berumur ± 2 tahun), satu bulan sebelumnya dipangkas setinggi 10–15 cm (pangkasan indung). Setelah berumur 1–1,5 tahun di lapangan, tanaman dipangkas setinggi 30 cm (pangkasan bentuk I). Pada waktu tanaman berumur 2,5 tahun tanaman kembali dipangkas selektif bagi dahan setinggi 45 cm (pangkas bentuk II). Tiga sampai empat bulan kemudian dilakukan jendangan (tipping) setinggi 60–65 cm dari pemukaan tanah atau 15–20 cm dari bidang pangkasan.

·         Cara Pemenggalan (Centering)
Waktu untuk melakukannya dapat beberapa bulan setelah penanaman dimana mulai terlihat pertumbuhan. Keterlambatan melakukan centering akan memperlambat pembentukan bidang petik (frame).
Pelaksanaan centering yaitu sebagai berikut:
·         Setelah benih ditanam di lapang dan telah menunjukkan pertumbuhan yaitu kira-kira berumur 4–6 bulan, batang utama di-centering setinggi 15–20 cm dengan meninggalkan minimal 5 lembar daun. Apabila pada ketinggian tersebut tidak ada daun maka centering dilakukan lebih tinggi lagi.
·          Kemudian setelah cabang baru tumbuh setinggi 50–60 cm yaitu kira-kira 6– 9 bulan setelah centering dan terdapat cabang yang tumbuh kuat ke atas, maka perlu dipotong (decentering) pada ketinggian 30 cm untuk memacu pertumbuhan ke samping/melebar.
·         Tiga sampai enam bulan kemudian, jika percabangan baru telah tumbuh mencapai ketinggian 60–70 cm, dilakukan pemangkasan selektif/bagi cabang (selective cut cross) setinggi 45 cm. Tunas-tunas yang tumbuh setelah selective cut cross dibiarkan selama 3–6 bulan, kemudian dijendang (tipping) pada ketinggian 60–65 cm atau 15–20 cm dari bidang pangkas
·         Cara Perundukan (Bending)
Bending yaitu satu cara pembentukan bidang petik dengan melengkungkan batang utama dan cabang-cabang sekunder tanpa mengurangi bagian-bagian tanaman.
Pelaksanaan bending yaitu sebagai berikut: 1) Setelah benih dipindahkan ke lapangan dan menunjukkan pertumbuhan (4–6 bulan), batang utama dilengkungkan (dirundukkan) dengan membentuk sudut 45º dengan permukaan tanah, dan pucuk peko dipotong. Untuk melengkungkan batang/cabang dipergunakan tali bambu, cagak kayu dan lain-lain.
·         Cara Kombinasi Centering-Bending
Pelaksanaan centering-bending yaitu sebagai berikut:
-          pemotongan batang utama dilakukan apabila tanaman sudah menunjukkan pertumbuhan 4–6 bulan setelah tanam pada ketinggian 15–20 cm dari permukaan tanah dengan meninggalkan minimal 5 lembar daun.
-          Tunas-tunas sekunder yang tumbuh setelah centering dibiarkan sampai mencapai 40–50 cm (6–9 bulan setelah centering), kemudian dilakukan perundukan (bending) ke segala arah dengan seimbang.
-          6–9 bulan setelah bending tunas-tunas baru telah tumbuh mencapai 60–70 cm, saat yang tepat untuk melakukan cut-cross setinggi 45 cm. Jendangan (tipping) setinggi 60–65 cm dilakukan 2–3 bulan setelah cut-cross.
8.      Pemupukan
Pada dasarnya dosis pemupukan diberikan berdasarkan hasil analisa tanah dan daun dan secara simultan dirangkum dalam tabel sebagai berikut:
Kadar bahan organik topsoil
umur sejak ditanam
Andisol/Regosol
latosol/Podzolik
< 5%

N
P2O5
K2O
MgO
N
P2O5
K2O
MgO

tahun 1
100
60
40
0
100
50
50


tahun 2
150
60
40
20
150
75
75
40

tahun 3
200
75
50
30
175
75
75
40
5-8%
tahun 1
80
50
30
0
80
40
40
0

tahun 2
120
50
30
20
120
60
60
30

tahun 3
150
60
50
30
160
60
60
30
>8%
tahun 1
70
50
20
0
70
30
30
0

tahun 2
110
50
30
20
110
50
50
25

tahun 3
130
60
40
20
140
50
50
25
a.       Dosis pemupukan dalam kg/ha/thn untuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)* aplikasi 5–6 kali dalam setahun dapat dilihat pada Tabel 2.
  Ket:  *)  Aplikasi 5 - 6 kali dalam setahun.          
           **) Apabila ada gejala kahat Mg.
b.      Dosis pemupukan untuk Tanaman Menghasilkan (TM) dengan target produksi minimal 2.000 kg teh kering/ha/tahun dapat dilihat pada Tabel 3.
Jenis
Hara
Dosis optimal
Aplikasi setahun
Urea, Za
N
250-350
3-4 kali
TSP, PARP
P2O5
60-120
1-2 kali
MOP, ZK
K20
60-180
2-3 kali
Kieserit
MgO
30-75
2-3 kali
Seng Sulfat
ZnO
05-10
7-10 kali
  Keterangan :   *) Untuk tanah Andisol/Regosol.       
                         **) Untuk tanah Latosol/Podzolik.
c.       Cara pemupukan
·         Benamkan pupuk pada daerah perakaran yang aktif dengan jarak 30–40 cm dari perdu teh dengan kedalaman tanah 10–15 cm. 
·         Cara pemberian pupuk dapat dengan rorak pada tanah yang miring, garitan (alur) keliling pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) atau dapat juga dengan penaburan pada tanah yang datar sampai landai. Pemupukan yang efektif dan efisien disamping dosis pupuk yang tepat juga harus disertai dengan pelaksanaan pemupukan yang mengacu kepada jenis pupuk, tepat waktu dan tepat cara pemupukan.
9.      Pemangkasan
Pemangkasan dapat dilakukan secara manual ataupun mekanis. Tetapi pangkasan mekanis menggunakan alat tetap harus diikuti dengan pangkasan manual untuk membuang bagian-bagian yang kecil (< ukuran pensil).  Pedoman umum pangkasan yaitu sebagai berikut:
·      Pangkasan pada dataran rendah (400–800 dpl): tinggi pangkasan 60–70 cm (cut cross/kepris) dengan membiarkan daun-daun dan ranting atau pangkasan jambul tinggi 50–60 cm.
·       Pangkasan pada dataran sedang (800–1.200 dpl): tinggi pangkasan 50–60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun-daun serta membiarkan 1– 2 cabang berdaun.
·      Pangkasan pada dataran tinggi (>1.200 dpl): tinggi pangkasan 50–60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun (pangkasan bersih), serta membiarkan 1–2 cabang berdaun (pangkasan jambul) terutama pada tanaman muda yang berumur kurang dari 10 tahun.



10.  Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
 Sebelum dilakukan pengendalian, sebaiknya dilakukan monitoring untuk mendeteksi jenis OPT yang menyerang, tingkat serangan, tingkat kerusakan tanaman dan cara pengendalian.  OPT utama pada tanaman teh:
a.       Hama
·         Empoasca/Wereng Hijau (Empoasca flavescens)
·         Helopeltis (Helopeltis antonii) 
·         Ulat Penggulung Daun (Homona coffearia)
·         Ulat Jengkal (Hyposidra talaca, Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria)
·         Tungau Jingga (Brevipalpus phoenicis)
b.      Penyakit
·         Penyakit Cacar Daun /Blister blight (Exobasidium vexans)
·         Penyakit Akar
·         Penyakit Mati Ujung pada Bidang Petik/Die-Back (Pestalotia thea)
·         Penyakit Busuk Daun (Cylindrocladium scoparium dan Glomerella cingulata)

11.  Pemetikan
a.       Pelaksanaan Pemetikan
·         Pemetikan Jendangan
1) Dua sampai tiga bulan setelah pangkasan, pemetikan dapat dimulai apabila 60% areal tersebut telah memenuhi syarat untuk dijendang.
2) Tinggi petikan jendangan berkisar 10-20 cm tergantung tinggi-rendahnya pangkasan.
3) Jenis petikan yang dilakukan ialah petikan medium, yaitu pucuk peko dengan dua daun (p+2) atau pucuk burung dengan satu/dua daun muda (b+1m/b+2m).
4) Daur petik berkisar 5-6 hari.
5) Bidang petik harus rata pada ketinggian yang sama selama masa pemetikan jendangan.
6) Pemetikan jendangan dilakukan sebanyak 6-10 kali.
·         Pemetikan Produksi
1) Pemetikan produksi dilakukan setelah pemetikan jendangan dianggap cukup pada umumnya untuk petikan medium dengan cara pemetikan sedang, daur petik berkisar antara 8-10 hari untuk daerah rendah, 10-12 hari untuk daerah sedang dan daerah tinggi. 2) Pelaksanaan pemetikan dilakukan mengikuti barisan perdu dalam barisan berbanjar.
3) Pemetikan pucuk dilakukan dengan ibu jari dan telunjuk satu per satu (ditaruk) sesuai dengan jenis petikan yang dikehendaki.  4) Bidang petik harus rata antara satu perdu dengan perdu yang lain.
5) Wadah pucuk hasil petikan, harus menggunakan keranjang yang digendong di atas punggung
6) Waring digunakan untuk menampung hasil petikan, dengan ukuran waring minimal 150 x 160 cm dengan daya muat ± 20-25 kg.



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Teknologi Budidaya
1.      Penyiapan Lahan
      Sebelum bibit teh ditanam, lahan dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan lahan membutuhkan waktu selama 1 minggu. Alat yang digunakan adalah cangkul dan sabit untuk membersihkan semak belukar. Selain itu, pembersihan lahan dibantu dengan herbisida untuk mematikan rumput.
2.      Penanaman dan Sistem Tanam
      Penanaman dilakukan setelah lahan siap untuk ditanami. Bibit yang digunakan adalah bibit jenis Gambung yang didatangkan dari Bandung. Bibit yang diterima merupakan bantuan dari pemerintah. Jarak antar tanam adalah 75x75 cm dengan naungan berupa pohon algasia. Antara pohon naungan satu dengan yang lainnya berjarak 5 m. Pohon naungan baru ditanam saat teh berumur 6 bulan. Perkebunan teh yang dikelola oleh responden menggunakan sistem tanam tumpang sari, dimana antar tanaman teh ditanami ketela.
3.      Pemeliharaan
a)      Pengairan
Kebun teh yang dikelola oleh responden tidak memerlukan pengairan karena dianggap curah hujan, suhu, kelembapan di daerah setempat telah mencukupi kebutuhan tanaman teh itu sendiri.
b)      Pemupukan
Untuk menjaga kesuburan tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman, responden menggunakan pupuk urea dan pupuk kandang. Pada saat tanaman berstatus Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), pupuk yang digunakan sebanyak 1 sdm per tanamannya. Setelah tanaman menghasilkan, dosis pupuk naik menjadi 3 sdm per tanamannya. Pupuk dibubuhkan melingkar pada tanah disekitar tanaman dengan jarak 20 cm. Pemupukan dilakukan sebanyak 1 kali dalam setahun. Untuk memupuk lahan seluas 1,5 ha, responden mempekerjakan tenaga sebanyak 5 orang dan dapat selesai dalam 7 hari.
Sebelum tanaman menghasilakan, responden membutuhkan pupuk sebanyak 4,5 sak untuk lahan seluas 1,5 ha dalam sekali pemupukan. Sedangkan pada saat tanaman telah menghasilkan, pupuk yang dibutuhkan sebanyak 13,5 sak. Pupuk yang digunakan merupakan pupuk yang diberikan oleh petani.
Selain pupuk urea, responden menggunakan pupuk kandang untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Berbeda dengan pupuk urea yang didapatkan dari pemerintah, pupuk kandang merupakan pupuk yang dihasilkan langsung oleh hewan ternak milik responden sehingga tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk kandang maupun pupuk urea.
c)      Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk menambah percabangan pada tanaman teh. Pemangkasan biasanya dilakukan pada saat awal musim kemarau. Pemangkasan terbagi menjadi 3, yaitu potong kepris yang merupakan pemangkasan untuk menyamaratakan penyebaran daun pada tanaman teh agar lebih rapi; potong pangkas yang merupakan pemangkasan untuk menyamaratakan tinggi dan menjaga tinggi teh agar tetap dapat dijangkau pada saat pemetikan, tingginya menjadi sekitar 75 cm dari atas tanah; potong total yang merupakan pemangkasan untuk meremajakan tanaman teh agar tanaman teh tetap dapat menghasilkan pucuk-pucuk segar, tingginya menjadi sekitar 30 cm dari atas tanah. Setelah dipotong total, tanaman teh biasanya diberi penahan (ajir) agar tidak roboh. Potong total biasanya hanya dilakukan sekali dalam 5 tahun.
d)     Pengendalian OPT
Pada umumnya, terdapat 3 hama dan penyakit pada tanaman teh daerah Tritis yaitu: cacar daun yang menyerang pada musim kabut, penggerek batang yang menyebabkan tanaman kering lalu mati, dan penggulung daun.
Tidak ada perlakuan khusus untuk membasmi cacar daun. Responden hanya membiarkan daun terserang cacar karena dianggap tanaman dapat menyembuhkan dirinya sendiri setelah musim kabut menghilang. Begitupun dengan penggerek daun, responden tidak melakukan perlakuan khusus. Tanaman akan dipangkas jika penggulung daun mulai menyerang.
Selain cacar daun, penggerek batang dan penggulung daun, hama lain yang menyerang adalah gulma. Untuk membasmi gulma, responden melakukan penyemprotan racun Rond Up yang telah dicampur air. Penyemprotan menggunakan tangki penyemprotan. Responden dibantu 2 orang tenaga kerja untuk menyemprot selama 5 hari. Sekali penyemprotan biasanya hanya membutuhkan kurang lebih 100 ml racun Round Up.
4.      Panen
      Panen dilakukan setiap 4 kali dalam seminggu yaitu hari senin, selasa, rabu, dan kamis. Tanaman teh mulai dapat dipanen saat menginjak usia 10 tahun. Sebelumnya, setelah umur 3 tahun tanaman teh hanya dapat dipetik sebanyak 1-2 pucuk. Hingga saat ini, jumlah pucuk yang dipetik saat panen sebanyak 6-7 daun. Pemetikan hanya menggunakan tangan. Pemetikan menggunakan sabit hanya dilakukan untuk memetik 15 daun pada satu tanaman teh. Tanda tanaman teh siap dipetik adalah saat pucuk berwarna hijau muda dan biasanya daun berukuran kecil.
      Berbeda dengan upah tenaga kerja lainnya, pada saat panen upah yang diberikan berdasarkan jumlah panen yang didapatkan. Tiap tenaga kerja mendapat upah sebesar Rp 450,- per kg teh yang telah dipetik. Jumlah tenaga kerja biasanya mencapai 2-3 orang. Untuk sekali panen, responden menerima hasil pemetikan sebanyak 50-70 kg.
      Hampir seluruh daun teh yang telah dipetik dijual dalam bentuk basah. Harga jual daun teh basah adalah Rp 1.000,- per kilogramnya. Untuk menjual daun teh tersebut tidak membutuhkan biaya transportasi atau biaya tambahan lainnya karena tempat penjualannya berada dekat dengan rumah responden.
      Selain dijual dalam bentuk basah, responden juga menyisihkan sedikit hasil panen untuk dikonsumsi sendiri atau dijual di warung miliknya dalam jumlah kecil. Daun teh yang akan diolah menjadi teh kering disangrai di atas tungku selama 3 hari menggunakan api kecil. Untuk 5 kg daun teh basah menghasilkan 1 kg daun teh kering. Teh yang siap dikonsumsi dijual menggunakan plastik kecil memiliki berat kurang lebih 100 gram. Harga jual satu bungkus teh tersebut adalah Rp 5.000.     
 
B.     Analisis Usaha Tani
Analisis usaha tani petani the
1.      Biaya Eksplisit
Biaya eksplisit adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan. Seperti pengeluaran untuk sarana dan produksi, biaya penyusutan, biaya TKLK dan lainnyaa.
Tabel 1. Biaya Eksplisit petani the pada awal pembukaan lebun the di Desa Tritis,Ngargosari Samigaluh, Kulonprogo

No
Uraian
Biaya (Rp)

1
Saprodi
45,405,000

2
Penyusutan alat
21,694

3
TKLK
4,050,000

Jumlah
49,476,694








Total biaya yang dikeluarkan awal pembukaan kebun the sebesar Rp 49.476.694,-. Biaya saprodi yang dikeluarkan untuk membeli bibit teh dan pupuk urea. alat
Tabel 2. Biaya Eksplisit petani the setelah panen di Desa Tritis,Ngargosari Samigaluh, Kulonprogo
No
Uraian
Biaya (Rp)
1
Saprodi
1,440,000
2
Penyusutan alat
21,694
3
TKLK
900,000
Jumlah
2,361,694
Total biaya yang dikeluarkan setelah panen pertama teh sebesar RP. 2.361.694,-.
Tabel 3. Biaya Eksplisit petani the panen kedua di Desa Tritis,Ngargosari Samigaluh, Kulonprogo
No
Uraian
Biaya (Rp)
1
Saprodi
1,800,000
2
Penyusutan alat
21,694
3
TKLK
840,000
Jumlah
2,661,694
Total biaya yang dikeluarkan panen kedua sebesar Rp 2.661.694,-

2.      Biaya implisit
Biaya implisit adalah biaya yang tidak benar-benar secara nyata dikeluarkan, tetapi diperhitungkan. Seperti biaya tenaga kerja dalam keluarga. dan lahan milik sendiri.
Tabel 4. Biaya Implisit petani the di Desa Tritis Ngargosari Samigaluh, Kulonprogo
No
Uraian
Biaya (Rp)
1
TKDK
30,000
Jumlah
30,000
Total biaya yang dikeluarkan untuk tenga kerja dalam keluarga sebesar Rp.30.000
3.      Penerimaan
Penerimaan usaha yaitu jumlah nilai uang (rupiah) yang diperhitungkan dari seluruh produk yang laku terjual.
Tabel 5. Penerimaan petani panen teh pertama, kedua dan ketiga di Desa Tritis Ngargosari Samigaluh, Kulonprogo
Keterangan panen
Produksi (Kg)
Jenis Harga
Penerimaan (Rp)
1. basah
2400
1000
         2,400,000
2.basah
2880
1000
         2,880,000
3. basah
3120
1000
         3,120,000




4.      Pendapatan Dan Keuntungan Usaha Kebun Teh
Pendapatan yaitu jumlah nilai uang (rupiah) yang sudah dikurangi dengan biaya eksplisit.  Sedangkan keuntungan adalah pendapatan dikurangi biaya implisit.
Tabel 6. Pendapatan dan Keuntungan panen pertama teh di Desa Tritis Ngargosari Samigaluh, Kulonprogo
No
Uraian
Jumlah (Rp)
1
Penerimaan
2,400,000
2
Biaya eksplisit
49,476,694
3
Biaya implisit
30,000
4
Pendapatan
(47,076,694)
5
Keuntugan
(47,106,694)
Pembahasan :
Tabel 7. Pendapatan dan Keuntungan panen kedua teh di Desa Tritis Ngargosari Samigaluh, Kulonprogo
No
Uraian
Jumlah (Rp)
1
Penerimaan
2,880,000
2
biaya eksplisit
2,361,694
3
biaya implisit
30,000
4
pendapatan
518,306
5
keuntugan
488,306
Pembahasan :

Tabel 8. Pendapatan dan Keuntungan panen ketiga teh di Desa Tritis Ngargosari Samigaluh, Kulonprogo
No
Uraian
Jumlah
1
Penerimaan
3,120,000
2
biaya eksplisit
2,661,694
3
biaya implisit
30,000
4
pendapatan
458,306
5
keuntugan
428,306
Pembahasan :





C.     Pembahasan
NO
Pembahasan
Petani 1
GAP
1
Nama Pemilik
Bapak Sukardi

2
Alamat
Tritis

3
Luas
1,5 Ha

4
Penyiapan Lahan
-    Penebangan pohon-pohon dan semak belukar menggunakan cangkul dan sabit
-    Pembuatan lubang tanam dibuat seminggu sebelum penanaman
-    Dilakukan oleh 5 orang dalam proses pembukaan lahan
-    Penyiapan lahan dilakukan hampir selama 2 minggu dimulai pukul 08.00- 15.30
-    Upah/hari perorangnya sebesar Rp. 30.000
-      Jangka waktu persiapan lahan 2-3 bulan
-      Pembongkaran pohon-pohon, semak belukar dan tanggul bisa menggunakan cara mekanis dan kimia.
-      Pengolahan tanah dengan cara mencangkul sedalam 40 cm untuk pencangkulan kedua sedalam 30–40 cm dilakukan setelah 2–3 minggu pencangkulan pertama.
-      Pembuatan lubang tanam dibuat 1-2 minggu sebelum penanaman
-      Untuk benih asal biji ukuran lubang tanam ukuran 30 x 30 x 40 cm dan benih asal stek ukuran 20 x 20 x 40 cm
-      Sebelum penanaman lubang  diberi pupuk dasar terdiri dari 11 g Urea + 5 g TSP/SP36 + 5 g KCI .

5
Bahan tanam
-    Bahan tanam didapatkan dari bantuan pemerintah.
-    Jenis bibit yang dipakai adalah the gambung dengan jumlah 15.000 dan harga bibit 3000.

Klon yang dianjurkan seri gambung yaitu: GMB 1, GMB 2, GMB 3, GMB 4, GMB 5, GMB 6, GMB 7, GMB 8, GMB 9, GMB 10, GMB 11

6
Penanaman dan Sistem tanam
-    Jarak tanam 75 cm x 75 cm
-    Pembuatan lubang tanam dan ajir
-    Sistem tanam tumpang sari dengan menambahkan komoditas ketela pohon dan pohon alkasia sebagai pohon pelindung (berjarak 5 meter antar pohon pelindung)
-    Waktu tanam dilakukan pada saat awal musim hujan
-    Penanaman dilakukan oleh 5 orang dalam 1 minggu
-      Jarak tanam penanaman the yaitu dataran rendah keiringan tanah 15% dengan jarak 120 x 90 cm, kemiringan 15-30% dengan jarak tanam 120 x 75 cm, lebih besar 30% dengan jarak tanam 120 x 60 cm.
-    Tanaman pelindung sementara yaitu jenis Crotalaria sp. dan Tephrosia sp.
-      Tanaman pelindung tetap pada dataran rendah yaitu jenis lamtoro, grevilia, nimba dan sagawe dengan jarak 10 x 10 m. pada dataran sedang yaitu jenis  grevilia, albasia, mindi dengan jarak tanam 15 x 10 m.  pada dataran tinggi yaitu jenis grevilia, lamtoro, suren, akasia dengan jarak tanam 20 x 20 cm.
-      Sebelum penanaman lubang diberi pupuk  dasar terdiri 11 g urea +5 g TSP/SP36 +5g KCL
7
Pemeliharaan
-    Tanaman the tidak perlu pengairan, hanya mengandalkan air hujan karena kebun the berada di dataran tinggi yang menunjang perkebunan the tanpa perlu pengairan
-    Menggunakan pupuk urea pada awal penanaman yang menghabiskan 4,5 sak pupuk urea.
-    Pemupukan setiap pohon sebesar 10 gr
-    Setelah penanaman awal menggunakan pupuk kimia selanjutnya menggunakan pupuk kompos.
-    Pemupukan dilakukan oleh  5 orang dengan upah perhari Rp 30.000
-    Pemupukan dilakukan 1 tahun sekali dengan pergantian jenis pupuk setiap tahun
-    Untuk tanaman berusia 6 tahun diberi pupuk sebesar 45 gram
-    Benamkan pupuk pada jarak 20 cm x 20 cm antar pohon
-    Pemangkasan yang dilakukan ada 3 jenis yaitu: kepris, potong pangkas dan potong total untuk menambah cabang pada saat menghadapi musim kemarau
-    Jumlah tenaga kerja yaitu 3 orang dengan upah Rp. 30.000
-    Jenis OPT teh antara lain cacar daun, penggerek batang dan penggulung daun Tidak menggunaan pestisida apapun jika the terkena cacar daun, petani tersebut membiarkan saja.


-    Pemeliharaan TBM dilakukan 0-36 bulan.
-    pembentukan bidang petik (TBM) dengan cara pemangkasan, pemenggalan,  perundukan dan kombinasi pemenggalan – perundukan.
-    Dosis pemupukan dalam kg/ha/thn untuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)* aplikasi 5–6 kali dalam setahun
-    Dosis pemupukan untuk TM dengan target produksi minimal 2.000 kg/ha/tahun
1.Urea dan Za, dosis 250-350, aplikasi 3-4 kali setahun
2. TSP dan PARP, dosis 60-120, aplikasi 1-2 kali setahun
3. MOP dan ZK, dosis 60-180, aplikasi 2-3 kali setahun
4. Kieserit, dosis 30-75, aplikasi 2-3 kali setahun
5. Seng sulfat, dosis 5-10, aplikasi 7-10 kali setahun
-    Cara pemupukan dengan benamkan pupuk pada daerah perakaran dengan jarak 30-40 cm dengan kedalaman 10-15 cm
-    Pangkasan pada dataran tinggi (400-800 dpl): tinggi pangkasan 60–70 cm (kepris) dengan membiarkan daun-daun dan ranting tinggi 50-60 cm
-    Pangkasan ringan > 65 cm, pangkasan tinggi 60-65 cm, pngkasan medium 45-60 cm, pangkasan dalam/berat 30-45 cm dan pemangkasan rejuvinasi <30 m
-    umumnya tinggi pangkasan bagi kebun produktif berkisar antara 40–70 cm
- pengendalian ulat penggulung daun dengan kimiawi menggunakan insektisida yang diizinkan. Sedangkan pengendalian penyakit cacar daun secara kimiawi menggunakan penyemprotan fungisida sistematik seperti Tridemorf, Britertanol dan Benomyl setiap 2 kali pemetikan
8
Panen
-    Panen dilakukan setelah the berusia 10 tahun. Panen dilakukan setiap 4 hari dalam seminggu yaitu hari senin, selasa, rabu, kamis.
-    Petani hanya menggunakan tangan saat memanen.
-    Jenis petikan yang dilakukan petikan kasar dengan jumlah 6-7 daun dari pucuk
-   Hasil panen sebesar 50-70 kg
-   Dalam pemetika menggunakan 2-3 orang dengan upah per kg sebesar Rp. 450.
-   Daur petik berkisar 5-6 hari.
-   Jenis petikan: petikan halus terdiri dari pucuk peko dengan satu daun, Petikan medium terdiri dari pucuk peko dengan dua daun, tiga daun muda, serta petikan kasar terdiri dari pucuk peko dengan empat daun atau lebih.

9
Pasca Panen
-    Tidak ada penangan pasca panen khusus
-       Perawatan pucuk dalam pemetikan, perawatan dalam pengumpulan dan penyimpanan pucuk, perawatan dalam pengangkutan pucuk
10
Pemasaran
-  Teh yang sudah dipetik dijual pada PT. Pagilaran dalam bentuk teh segar dengan harga jual Rp. 1000/kg
Sedangkan sisanya dikonsumsi sendiri  dengan cara disangrai dengan api sedang





BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan



B. Saran



DAFTAR PUSTAKA

http://perundangan.pertanian.go.id/admin/file/Permentan%20No.50%20Tahun%202014.pdf




LAMPIRAN

   
Foto bersama Pak Sukardi                          Kebun teh milik responden
Serangan ulat penggulung daun (Homona Coffearia)
Serangan penyakit cacar daun

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESUME BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI

BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI