LAPORAN OBSERVASI PERKEBUNAN TEH DI DESA TRITIS, NGARGOSARI SAMIGALUH, KULONPROGO
TUGAS
BUDIDAYA TANAMAN INDUSTRI
LAPORAN
OBSERVASI PERKEBUNAN TEH DI DESA TRITIS,
NGARGOSARI SAMIGALUH, KULONPROGO
DISUSUN OLEH :
Amalia Widya Pangestika
20140220168
Retno Jumilah 20140220179
Agesti Vidyaningrum 20140220200
Rizqy Prabowo Putra 20140220189
Rezha Fauzan Harista 20140220213
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teh adalah bahan minuman penyegar yang sudah lama
dikenal dan sudah membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Beberapa
kandungan senyawa kimia dalam teh dapat memberi kesan warna, rasa dan aroma
yang memuaskan peminumnya. Sehingga sampai saat ini, teh adalah salah satu
minuman penyegar yang banyak diminati. Selain sebagai bahan minuman, teh juga
banyak dimanfaatkan untuk obat-obatan dan kosmetika. Peran komoditas teh dalam
perekonomian di Indonesia cukup strategis. Industri teh Indonesia pada tahun 1999
diperkirakan menyerap sekitar 300.000 pekerja dan menghidupi sekitar 1,2 juta
jiwa. Selain itu, secara nasional industri teh menyumbang Produk Domestik Bruto
(PDB) sekitar 1,2 triliun (0,3% dari total PDB nonmigas) dan menyumbang devisa
bersih sekitar 110 juta dollar AS per tahun. Dari aspek lingkungan, usaha
budidaya dan pengolahan teh termasuk jenis usaha yang mendukung konservasi
tanah dan air (ATI, 2000).
Semakin tingginya tingkat konsumsi teh di Indonesia
maupun di dunia menjadi pendorong pemerintah Indonesia untuk terus meningkatkan
produksi teh. Bentuk peningkatan tersebut salah satunya dengan memperluas
daerah penyebaran teh. Jika dulu daerah yang membudidayakan teh hanya
didominasi di wilayah Jawa Barat, kini penyebarannya telah sampai ke daerah-daerah
seperti Dieng, Sindoro, bahkan Yogyakarta khususnya Kulon Progo.
Hingga saat ini, kebun teh tidak hanya dimiliki oleh
pemerintah atau swasta, rakyat pun telah memiliki kebun teh dengan beraneka
ragam luas lahan. Teh milik rakyat biasanya mendapatkan bantuan dari pemerintah
pada awal perintisannya. Pedukuhan Tritis, Kelurahan Ngargosari, Kecamatan
Samigaluh, Kulon Progo merupakan salah satu desa yang mendapat bantuan dari
pemerintah untuk mengembangkan perkebunan the di wilayah setempat. Potensi teh
di wilayah tersebut sangat besar untuk terus dikembangkan.
Tak hanya mendapat bantuan berupa sarana dan
prasarana produksi, petani Tritis juga dibekali pelatihan dan penyuluhan guna
menambah keterampilan dalam mengelola kebun teh sehingga dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi teh.
B. Tujuan
Tujuan
dilakukannya observasi pada perkebunan teh adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
dan memahami teknik budidaya teh dari persiapan lahan hingga pasca panen.
2. Membandingkan
kesesuaian teknik budidaya teh antara petani dan ketetapan Good Agriculture
Practice (GAP).
3. Menganalisis
kelayakan usaha tani teh.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Budidaya
Teh Yang Baik (Good Agriculture Practices/GAP on Tea)
1.
Syarat Tumbuh Tanaman
a. Tanah
·
Tanah mempunyai derajat keasaman (pH)
antara 4,5–5,5.
·
Jenis tanah yaitu tanah Andisol, Latosol
dan Inceptisol.
·
Tanah mempunyai kedalaman-efektif
(effective depth) dan berstruktur remah lebih dari 40 cm (Permentan, 2014).
b. Iklim
·
Suhu udara berkisar antara 13 °C – 25
°C.
·
Cahaya matahari yang cerah dan
kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang 70%.
·
Curah hujan rata-rata sepuluh tahun
terakhir menunjukkan bulan kemarau curah hujannya kurang dari 60 mm selama dua
bulan berturut-turut.
·
Jumlah hujan tidak kurang dari 2.000 mm per tahun.
·
Makin banyak sinar matahari makin cepat
pertumbuhan, sepanjang curah hujan mencukupi.
c. Tinggi
Tempat
·
Tinggi tempat 600–2.000 m atau lebih di
atas permukaan laut (dpl).
·
2.
Kesesuaian Lahan
a. Tanah
yang serasi
·
Tanah mempunyai kedalaman-efektif
(effective depth) dan berstruktur remah
lebih dari 40 cm.
·
Curah hujan di atas 2.500 mm/tahun.
·
pH tanah rendah 4,5–5,5.
·
Jenis tanah yang serasi yaitu Andisol.
b.
Tanah yang serasi bersyarat
·
Tanah yang mempunyai kedalaman efektif
dan berstruktur remah/gumpal minimal 40 cm.
·
Curah hujan 2.500–3.000 mm/tahun.
·
Jenis tanah kategori ini yaitu tanah
Latosol dan Podzolik (Inceptisol), curah hujan tinggi dan dari ketinggian
pantai sampai 900 m diatas permukaan laut.
·
pH tanah rendah 4,5–5,5.
c. Tanah
yang tidak serasi
·
Tanah dengan kedalaman efektif sangat
dangkal kurang dari 40 cm dengan struktur tanah mampat atau jenuh air.
·
Topografi miring >30 derajat, bergelombang
sampai pegunungan.
·
Jenis tanah Entisol
3.
Persiapan Lahan
a.
Persiapan lahan untuk penanaman baru
(newplanting)
·
Lahan untuk penanaman baru dapat berupa
semak belukar atau lahan yang dikonversikan ke tanaman teh.
·
Kedalaman solum 40 cm, tanah harus dalam
keadaan gembur, tanah harus bersih dari sisa-sisa akar dan kayu-kayuan.
·
Jangka waktu persiapan lahan dengan
waktu penanaman kurang lebih 2–3 bulan.
Dalam
menyiapkan lahan untuk penanaman baru maka perlu melakukan beberapa hal
seperti:
1. Survei
dan pemetaan tanah
·
Survei dilakukan untuk menentukan:
jalan-jalan kebun untuk transportasi dan kontrol, lokasi emplasemen (pabrik,
perumahan dan lain-lain), pembuatan peta kebun dan peta kemampuan lahan secara
detail, pembuatan fasilitas air dan
lain-lain.
·
Pembongkaran pohon-pohon dan tunggul
Pelaksanaannya dapat dilakukan
dengan 3 cara yaitu: 1) Pohon dimatikan terlebih dahulu sebelum dibongkar
dengan cara pengulitan pohon (ring barking) setinggi 1 m dari leher akar. 2)
Pohon dimatikan dengan menggunakan arborisida 5 ml dicampur dengan solar 95 ml
yang dioleskan pada batang yang telah dikuliti sekelilingnya selebar 10–20 cm
pada tinggi 50–60 cm di atas tanah.
Pohon akan mati dalam 6–12 bulan. 3) Pembongkaran pohon atau tunggul secara
manual sampai ke akar akarnya dengan mempergunakan pengungkit (takel) yang
berkekuatan 3–5 ton agar tidak menjadi sumber penyakit.
·
Babad dan membersihkan (nyasap) semak
belukar antara lain: 1) Kegiatan babad dan nyasap dilakukan setelah
pembongkaran pohon-pohon dan tunggul selesai. Sampah babadan dibuang ke tempat
yang tidak ditanami teh (jurang/dandang). Sampah tidak boleh dibakar pada
tempat/lahan yang akan ditanami teh. 2) Setelah pembabadan, tanah disasap
dengan cangkul sedalam 5–10 cm untuk membersihkan gulma. 3) Pembersihan gulma
menggunakan herbisida glyphosate. Pekerjaan babad dan nyasap ini dikerjakan
pada musim kemarau.
·
Pengolahan tanah 1) Pengolahan tanah dengan cara mencangkul
sedalam 40 cm untuk pencangkulan kedua sedalam 30–40 cm dilakukan setelah 2–3
minggu pencangkulan pertama. 2) Pembuatan teras dilakukan pada areal dengan kemiringan
>15 derajat dengan tujuan untuk mencegah erosi.
·
Pembuatan jalan dan saluran drainase 1)
Lebar jalan kebun cukup 1 meter, sedangkan panjangnya tergantung keadaan.
Dipertimbangkan juga faktor kemiringan lahan serta faktor pekerjaan
pemeliharaan dan pengangkutan pucuk. 2) Saluran drainase untuk mencegah bahaya
erosi dan memperbaiki drainase bagi lahan yang terletak pada cekungan.
Pembuatan saluran drainase disesuaikan dengan keadaan lahan, kemiringan serta
letak jalan kebun.
·
Pembuatan lubang tanam. Lubang tanam
dibuat ukuran 30 x 30 x 40 cm untuk bibit asal stum biji dan 20 x 20 x 40 untuk bibit stek dalam kantong plastic
dengan alterative jarak 120 x 90 cm atau 120 x 75 cm atau 120 x 60 cm (Rukmana,
2015).
b. Persiapan
lahan untuk penanaman ulang (replanting)
Persyaratan penanaman ulang apabila
populasi tanaman tua (umur lebih dari 50 tahun) 30–50%, kepadatan populasi
<40%. Lahan untuk penanaman ulang terdiri dari tanaman tua dengan populasi 30–50%.
·
Pembongkaran pohon pelindung seperti
pada pembongkaran pohon dan tunggul pada persiapan lahan untuk penanaman baru.
·
Pembongkaran perdu tua dengan cara
pencabutan.
·
Pada lahan miring >30% pembongkaran
dilakukan secara kimiawi menggunakan arborisida, dengan tujuan untuk
menghindari terjadinya erosi.
·
Pelaksanaan mematikan perdu teh dengan
bahan kimia yaitu sebagai berikut:
ü Perdu
teh terlebih dahulu dipangkas setinggi 5 cm (pangkasan leher akar).
ü Luka
pangkasan dibersihkan, kemudian diberi larutan arborisida 5 ml yang dicampur
dengan minyak solar 95 ml, cukup untuk 15 perdu dan dilakukan secepatnya tidak
boleh lebih dari 1 jam setelah pemangkasan.
4.
Penanaman Tanaman Pelindung
a.
Tanaman pelindung sementara
·
Tanaman
pelindung sementara yang
digunakan yaitu jenis Crotalaria sp. dan Tephrosia sp.
·
Dengan menebarkan biji-bijinya sebanyak
8–10 kg/ha diantara barisan tanaman dengan selang 2 baris, dilakukan setelah
selesai penanaman teh.
b. Tanaman
pelindung tetap
·
Tanaman pelindung tetap yang digunakan
pada dataran rendah (<800m dpl) yaitu jenis lamtoro (Leucena leucocephala),
grevillia (Grevillia robusta), nimba (Azadirachta indica) dan sagawe
(Adenanthera macropherma), dengan jarak tanam 10 x 10 meter (100 pohon/ha).
·
Tanaman pelindung tetap yang digunakan
pada dataran sedang (800 - 1200 m dpl)
yaitu jenis grevillia (Grevillia robusta), albasia (Albizia falcata),
mindi (Melia azadirach), dengan jarak tanam 15 x 10 meter (67 pohon/ha).
·
Tanaman pelindung tetap yang digunakan
pada dataran tinggi (>1200 m dpl) yaitu jenis grevillia (Grevillia robusta),
lamtoro (Leucena leucocephala), suren (Toona sureni), akasia (Acacia decurens,
Acacia merensii), dengan jarak tanam 20 x 20 meter (50 pohon/ha).
·
Tanaman pelindung tetap diperlukan
setelah tanaman pelindung sementara tidak lagi dapat dipertahankan (2–3 tahun).
·
Tanaman pelindung tetap ditanam 1 tahun setelah penanaman teh atau
bersamaan dengan tanaman teh.
5.
Penyiapan Bahan Tanam
Saat
ini umumnya bahan tanam yang digunakan pada budidaya teh yaitu benih asal setek
daun (cutting). Kriteria benih siap tanam yaitu, umur benih minimum 8 bulan
(dataran rendah) dan minimum 10 bulan (dataran tinggi), tinggi minimum 25 cm dengan jumlah daun sempurna minimal 5
helai, batang berwarna coklat, tumbuh sehat, kekar dan berdaun normal, sistem
perakaran cukup baik, terdapat akar tunggang semu dan tidak ada pembengkakan
kalus dan beradaptasi terhadap sinar matahari langsung minimal 1 bulan.
Klon
anjuran seri Gambung dibedakan menjadi:
·
Dataran rendah : GMB 1, GMB 2, GMB 3, GMB 6, GMB 7, GMB 9
·
Dataran sedang : GMB 3, GMB 4, GMB 5,
GMB 6, GMB 7, GMB 8, GMB 9, GMB 10, GMB 11
·
Dataran tinggi : GMB 1, GMB 2, GMB 3, GMB 4, GMB 5, GMB 6,
GMB 7, GMB 8, GMB 9, GMB 10, GMB 11
GMB
1 sampai dengan GMB 5, mempunyai potensi hasil 4.000–5.000 kg/ha teh kering,
tahan terhadap penyakit cacar dan pertumbuhan awal baik di dataran tinggi,
sedangkan GMB 6 sampai dengan GMB 11 memiliki sifat-sifat hampir sama dengan
klon GMB 1 sampai GMB 5, hanya potensi hasilnya lebih tinggi, yaitu ada yang
dapat mencapai 5.500 kg/ha.
6.
Penanaman
a. Jarak
tanam
Jarak tanam yang dianjurkan yaitu
sebagai berikut:
Tabel 1. Rekomendasi jarak tanam
yang dianjurkan
Kemiringan tanah
|
Jarak
tanam (cm)
|
Jumlah
tanaman/ha (pohon)
|
Dataran
s.d 15%
|
120
x 90
|
9.260
|
15-30%
|
120
x 75
|
11.110
|
≥30%
|
120
x 60
|
13.888
|
Batas
tertentu
|
120
x 60 x 60
|
18.500
|
·
Jarak tanam antar barisan tanaman
minimal 120 cm dan jarak tanam dalam barisan beragam antara 60–90 cm.
·
Pada lahan miring jarak tanam
dilaksanakan dengan pola kontour dengan barisan tanaman memotong arah
kemiringan, jarak tanam antar barisan minimal 120 cm dan jarak tanam dalam
barisan 60 cm.
·
Sebelum penanaman lubang diberi pupuk dasar terdiri dari 11 g Urea + 5
g TSP/SP36 + 5 g KCI .
·
Tanah mempunyai pH tinggi (>6)
terlebih dahulu diberi belerang murni (belerang cirus) sebanyak 10–15 gram atau
50–100 gram belerang lumpur untuk tiap lubang.
·
Pembuatan rorak dengan ukuran 200 cm x
40 cm x 40 cm setiap dua baris tanaman.
·
Untuk perluasan lahan baru, perlu
membuat perencanaan kebun yang berkaitan dengan cara pemetikan. Jika
direncanakan pemetikan menggunakan mesin, sebaiknya menggunakan jarak tanam
double row (120 cm x 60 cm x 60 cm).
·
Untuk peremajaan pada lahan existing
perlu memperhatikan keberadaan penyakit jamur akar pada saat pengolahan lahan.
Jika terdapat gejala penyakit jamur akar, area tersebut harus dibersihkan agar
penyakit tersebut tidak semakin berkembang. Jarak tanam yang digunakan bisa
menggunakan jarak tanam yang disarankan.
·
Untuk area yang akan direhabilitasi,
sebaiknya mengganti bahan tanaman dengan klon unggul.
·
Untuk penanaman baru, harus dimulai
dengan penanaman pohon pelindung sementara.
b.
Pengajiran
·
Ajir terbuat dari bambu berukuran
panjang 50 cm, tebal 1 cm.
·
Alat untuk menentukan jarak dan barisan
tanaman dibuat dari rantai kawat atau tambang plastik yang biasa disebut kenca.
·
Pengajiran dimulai dari tempat yang
tinggi turun ke bawah.
·
Menentukan titik tertinggi dan
menancapkan ajir. Dari titik itu dibuat ajir induk dengan jarak tanam antar
barisan (120 cm) dari atas lereng turun
ke bawah.
·
Ajir induk kedua terletak kira-kira 20
m, di sebelah ajir induk.
·
Sesudah ajir induk kedua ditentukan,
maka dibuat ajir induk ketiga tepat pada garis kontur.
·
Menentukan letak ajir induk menggunakan
alat teodolit, atau cukup mengandalkan pandangan mata biasa dan kemudian dicek
dengan berjalan kaki.
·
Jarak tanam antar barisan (120 cm) pada
lahan miring bukan jarak tanam proyeksi, tetapi jarak yang sebenarnya.
c.
Pembuatan lubang tanam
·
Lubang tanam dibuat 1–2 minggu sebelum
penanaman.
·
Lubang tanam dibuat tepat di
tengah-tengah di antara dua ajir.
·
Untuk benih asal biji ukuran lubang
tanam yaitu 30 cm x 30 cm x 40 cm.
·
Untuk benih asal setek ukuran lubang
tanam yaitu 20 cm x 20 cm x 40 cm.
d.
Penanaman benih
Cara penanaman
benih asal setek dalam polibeg (bekong)
·
Menyobek Polibeg bagian bawah, kemudian
bagian samping juga disobek dari atas ke bawah sampai bertemu dengan sobekan
pada bagian bawah. Ujung polibeg bagian bawah yang telah sobek tadi ditarik ke
atas sehingga bagian bawah polibeg terbuka.
·
Benih dipegang dengan tangan kiri,
disangga dengan belahan bambu, kemudian dimasukkan ke dalam lubang, sementara
tangan kanan menimbun lubang dengan tanah yang berada di sekitar lubang dengan
menggunakan kored.
·
Setelah tanah penuh menutup bagian akar
benih, belahan bambu dan polibeg ditarik dengan hati-hati keluar dari lubang
tanam.
·
Plastik disimpan pada ujung ajir yang
berada di sebelahnya, kemudian tanah di sekitar benih dipadatkan dengan tangan
dan tidak dipadatkan dengan cara
diinjak.
·
Selesai menanam, tanah disekitar lubang
diratakan agar tidak nampak cekung atau cembung.
7. Pemeliharaan
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
a.
Pembentukan bidang petik
Pemeliharaan
TBM dilakukan pada tanaman umur 0–36 bulan. Tujuan pembentukan bidang petik
agar diperoleh bidang petik semaksimal mungkin dengan cabang yang banyak untuk
mendapatkan produksi pucuk sebanyakbanyaknya.
·
Cara Pemangkasan
Cara pemangkasan
dilakukan pada tanaman yang berasal dari stump. Benih yang akan ditanam
(berumur ± 2 tahun), satu bulan sebelumnya dipangkas setinggi 10–15 cm
(pangkasan indung). Setelah berumur 1–1,5 tahun di lapangan, tanaman dipangkas
setinggi 30 cm (pangkasan bentuk I). Pada waktu tanaman berumur 2,5 tahun
tanaman kembali dipangkas selektif bagi dahan setinggi 45 cm (pangkas bentuk
II). Tiga sampai empat bulan kemudian dilakukan jendangan (tipping) setinggi
60–65 cm dari pemukaan tanah atau 15–20 cm dari bidang pangkasan.
·
Cara Pemenggalan (Centering)
Waktu untuk
melakukannya dapat beberapa bulan setelah penanaman dimana mulai terlihat
pertumbuhan. Keterlambatan melakukan centering akan memperlambat pembentukan
bidang petik (frame).
Pelaksanaan
centering yaitu sebagai berikut:
·
Setelah benih ditanam di lapang dan
telah menunjukkan pertumbuhan yaitu kira-kira berumur 4–6 bulan, batang utama
di-centering setinggi 15–20 cm dengan meninggalkan minimal 5 lembar daun.
Apabila pada ketinggian tersebut tidak ada daun maka centering dilakukan lebih
tinggi lagi.
·
Kemudian setelah cabang baru tumbuh setinggi
50–60 cm yaitu kira-kira 6– 9 bulan setelah centering dan terdapat cabang yang
tumbuh kuat ke atas, maka perlu dipotong (decentering) pada ketinggian 30 cm untuk
memacu pertumbuhan ke samping/melebar.
·
Tiga sampai enam bulan kemudian, jika
percabangan baru telah tumbuh mencapai ketinggian 60–70 cm, dilakukan
pemangkasan selektif/bagi cabang (selective cut cross) setinggi 45 cm.
Tunas-tunas yang tumbuh setelah selective cut cross dibiarkan selama 3–6 bulan,
kemudian dijendang (tipping) pada ketinggian 60–65 cm atau 15–20 cm dari bidang
pangkas
·
Cara Perundukan (Bending)
Bending yaitu
satu cara pembentukan bidang petik dengan melengkungkan batang utama dan cabang-cabang
sekunder tanpa mengurangi bagian-bagian tanaman.
Pelaksanaan
bending yaitu sebagai berikut: 1) Setelah benih dipindahkan ke lapangan dan
menunjukkan pertumbuhan (4–6 bulan), batang utama dilengkungkan (dirundukkan)
dengan membentuk sudut 45º dengan permukaan tanah, dan pucuk peko dipotong.
Untuk melengkungkan batang/cabang dipergunakan tali bambu, cagak kayu dan
lain-lain.
·
Cara Kombinasi Centering-Bending
Pelaksanaan
centering-bending yaitu sebagai berikut:
-
pemotongan batang utama dilakukan apabila
tanaman sudah menunjukkan pertumbuhan 4–6 bulan setelah tanam pada ketinggian
15–20 cm dari permukaan tanah dengan meninggalkan minimal 5 lembar daun.
-
Tunas-tunas sekunder yang tumbuh setelah
centering dibiarkan sampai mencapai 40–50 cm (6–9 bulan setelah centering),
kemudian dilakukan perundukan (bending) ke segala arah dengan seimbang.
-
6–9 bulan setelah bending tunas-tunas
baru telah tumbuh mencapai 60–70 cm, saat yang tepat untuk melakukan cut-cross
setinggi 45 cm. Jendangan (tipping) setinggi 60–65 cm dilakukan 2–3 bulan
setelah cut-cross.
8. Pemupukan
Pada
dasarnya dosis pemupukan diberikan berdasarkan hasil analisa tanah dan daun dan
secara simultan dirangkum dalam tabel sebagai berikut:
Kadar bahan organik topsoil
|
umur sejak ditanam
|
Andisol/Regosol
|
latosol/Podzolik
|
||||||
< 5%
|
|
N
|
P2O5
|
K2O
|
MgO
|
N
|
P2O5
|
K2O
|
MgO
|
|
tahun 1
|
100
|
60
|
40
|
0
|
100
|
50
|
50
|
|
|
tahun 2
|
150
|
60
|
40
|
20
|
150
|
75
|
75
|
40
|
|
tahun 3
|
200
|
75
|
50
|
30
|
175
|
75
|
75
|
40
|
5-8%
|
tahun 1
|
80
|
50
|
30
|
0
|
80
|
40
|
40
|
0
|
|
tahun 2
|
120
|
50
|
30
|
20
|
120
|
60
|
60
|
30
|
|
tahun 3
|
150
|
60
|
50
|
30
|
160
|
60
|
60
|
30
|
>8%
|
tahun 1
|
70
|
50
|
20
|
0
|
70
|
30
|
30
|
0
|
|
tahun 2
|
110
|
50
|
30
|
20
|
110
|
50
|
50
|
25
|
|
tahun 3
|
130
|
60
|
40
|
20
|
140
|
50
|
50
|
25
|
a.
Dosis pemupukan dalam kg/ha/thn untuk
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)* aplikasi 5–6 kali dalam setahun dapat dilihat
pada Tabel 2.
Ket:
*) Aplikasi 5 - 6 kali dalam
setahun.
**) Apabila ada gejala kahat Mg.
b.
Dosis pemupukan untuk Tanaman
Menghasilkan (TM) dengan target produksi minimal 2.000 kg teh kering/ha/tahun
dapat dilihat pada Tabel 3.
Jenis
|
Hara
|
Dosis optimal
|
Aplikasi setahun
|
Urea, Za
|
N
|
250-350
|
3-4 kali
|
TSP, PARP
|
P2O5
|
60-120
|
1-2 kali
|
MOP, ZK
|
K20
|
60-180
|
2-3 kali
|
Kieserit
|
MgO
|
30-75
|
2-3 kali
|
Seng Sulfat
|
ZnO
|
05-10
|
7-10 kali
|
Keterangan :
*) Untuk tanah Andisol/Regosol.
**) Untuk tanah
Latosol/Podzolik.
c.
Cara pemupukan
·
Benamkan pupuk pada daerah perakaran
yang aktif dengan jarak 30–40 cm dari perdu teh dengan kedalaman tanah 10–15
cm.
·
Cara pemberian pupuk dapat dengan rorak
pada tanah yang miring, garitan (alur) keliling pada Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM) atau dapat juga dengan penaburan pada tanah yang datar sampai landai.
Pemupukan yang efektif dan efisien disamping dosis pupuk yang tepat juga harus
disertai dengan pelaksanaan pemupukan yang mengacu kepada jenis pupuk, tepat
waktu dan tepat cara pemupukan.
9. Pemangkasan
Pemangkasan
dapat dilakukan secara manual ataupun mekanis. Tetapi pangkasan mekanis
menggunakan alat tetap harus diikuti dengan pangkasan manual untuk membuang
bagian-bagian yang kecil (< ukuran pensil).
Pedoman umum pangkasan yaitu sebagai berikut:
·
Pangkasan pada dataran rendah (400–800
dpl): tinggi pangkasan 60–70 cm (cut cross/kepris) dengan membiarkan daun-daun
dan ranting atau pangkasan jambul tinggi 50–60 cm.
·
Pangkasan pada dataran sedang (800–1.200 dpl):
tinggi pangkasan 50–60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun-daun
serta membiarkan 1– 2 cabang berdaun.
·
Pangkasan pada dataran tinggi (>1.200
dpl): tinggi pangkasan 50–60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan
daun (pangkasan bersih), serta membiarkan 1–2 cabang berdaun (pangkasan jambul)
terutama pada tanaman muda yang berumur kurang dari 10 tahun.
10. Pengendalian
OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
Sebelum dilakukan pengendalian, sebaiknya
dilakukan monitoring untuk mendeteksi jenis OPT yang menyerang, tingkat
serangan, tingkat kerusakan tanaman dan cara pengendalian. OPT utama pada tanaman teh:
a.
Hama
·
Empoasca/Wereng Hijau (Empoasca
flavescens)
·
Helopeltis (Helopeltis antonii)
·
Ulat Penggulung Daun (Homona coffearia)
·
Ulat Jengkal (Hyposidra talaca, Ectropis
bhurmitra, Biston suppressaria)
·
Tungau Jingga (Brevipalpus phoenicis)
b. Penyakit
·
Penyakit Cacar Daun /Blister blight
(Exobasidium vexans)
·
Penyakit Akar
·
Penyakit Mati Ujung pada Bidang
Petik/Die-Back (Pestalotia thea)
·
Penyakit Busuk Daun (Cylindrocladium
scoparium dan Glomerella cingulata)
11. Pemetikan
a.
Pelaksanaan Pemetikan
·
Pemetikan Jendangan
1) Dua sampai
tiga bulan setelah pangkasan, pemetikan dapat dimulai apabila 60% areal
tersebut telah memenuhi syarat untuk dijendang.
2) Tinggi
petikan jendangan berkisar 10-20 cm tergantung tinggi-rendahnya pangkasan.
3) Jenis petikan
yang dilakukan ialah petikan medium, yaitu pucuk peko dengan dua daun (p+2)
atau pucuk burung dengan satu/dua daun muda (b+1m/b+2m).
4) Daur petik
berkisar 5-6 hari.
5) Bidang petik
harus rata pada ketinggian yang sama selama masa pemetikan jendangan.
6) Pemetikan
jendangan dilakukan sebanyak 6-10 kali.
·
Pemetikan Produksi
1) Pemetikan
produksi dilakukan setelah pemetikan jendangan dianggap cukup pada umumnya
untuk petikan medium dengan cara pemetikan sedang, daur petik berkisar antara
8-10 hari untuk daerah rendah, 10-12 hari untuk daerah sedang dan daerah
tinggi. 2) Pelaksanaan pemetikan dilakukan mengikuti barisan perdu dalam
barisan berbanjar.
3) Pemetikan
pucuk dilakukan dengan ibu jari dan telunjuk satu per satu (ditaruk) sesuai
dengan jenis petikan yang dikehendaki. 4) Bidang petik harus rata antara satu perdu
dengan perdu yang lain.
5) Wadah pucuk
hasil petikan, harus menggunakan keranjang yang digendong di atas punggung
6) Waring
digunakan untuk menampung hasil petikan, dengan ukuran waring minimal 150 x 160
cm dengan daya muat ± 20-25 kg.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Teknologi Budidaya
1. Penyiapan
Lahan
Sebelum bibit teh ditanam, lahan
dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan lahan membutuhkan waktu selama 1
minggu. Alat yang digunakan adalah cangkul dan sabit untuk membersihkan semak
belukar. Selain itu, pembersihan lahan dibantu dengan herbisida untuk mematikan
rumput.
2. Penanaman
dan Sistem Tanam
Penanaman dilakukan setelah lahan siap
untuk ditanami. Bibit yang digunakan adalah bibit jenis Gambung yang didatangkan
dari Bandung. Bibit yang diterima merupakan bantuan dari pemerintah. Jarak
antar tanam adalah 75x75 cm dengan naungan berupa pohon algasia. Antara pohon
naungan satu dengan yang lainnya berjarak 5 m. Pohon naungan baru ditanam saat
teh berumur 6 bulan. Perkebunan teh yang dikelola oleh responden menggunakan
sistem tanam tumpang sari, dimana antar tanaman teh ditanami ketela.
3. Pemeliharaan
a)
Pengairan
Kebun teh yang
dikelola oleh responden tidak memerlukan pengairan karena dianggap curah hujan,
suhu, kelembapan di daerah setempat telah mencukupi kebutuhan tanaman teh itu
sendiri.
b)
Pemupukan
Untuk menjaga
kesuburan tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman, responden menggunakan
pupuk urea dan pupuk kandang. Pada saat tanaman berstatus Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM), pupuk yang digunakan sebanyak 1 sdm per tanamannya. Setelah tanaman
menghasilkan, dosis pupuk naik menjadi 3 sdm per tanamannya. Pupuk dibubuhkan
melingkar pada tanah disekitar tanaman dengan jarak 20 cm. Pemupukan dilakukan
sebanyak 1 kali dalam setahun. Untuk memupuk lahan seluas 1,5 ha, responden
mempekerjakan tenaga sebanyak 5 orang dan dapat selesai dalam 7 hari.
Sebelum tanaman
menghasilakan, responden membutuhkan pupuk sebanyak 4,5 sak untuk lahan seluas
1,5 ha dalam sekali pemupukan. Sedangkan pada saat tanaman telah menghasilkan,
pupuk yang dibutuhkan sebanyak 13,5 sak. Pupuk yang digunakan merupakan pupuk
yang diberikan oleh petani.
Selain pupuk
urea, responden menggunakan pupuk kandang untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
Berbeda dengan pupuk urea yang didapatkan dari pemerintah, pupuk kandang
merupakan pupuk yang dihasilkan langsung oleh hewan ternak milik responden
sehingga tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk kandang maupun
pupuk urea.
c)
Pemangkasan
Pemangkasan
bertujuan untuk menambah percabangan pada tanaman teh. Pemangkasan biasanya
dilakukan pada saat awal musim kemarau. Pemangkasan terbagi menjadi 3, yaitu
potong kepris yang merupakan pemangkasan untuk menyamaratakan penyebaran daun
pada tanaman teh agar lebih rapi; potong pangkas yang merupakan pemangkasan
untuk menyamaratakan tinggi dan menjaga tinggi teh agar tetap dapat dijangkau
pada saat pemetikan, tingginya menjadi sekitar 75 cm dari atas tanah; potong
total yang merupakan pemangkasan untuk meremajakan tanaman teh agar tanaman teh
tetap dapat menghasilkan pucuk-pucuk segar, tingginya menjadi sekitar 30 cm
dari atas tanah. Setelah dipotong total, tanaman teh biasanya diberi penahan
(ajir) agar tidak roboh. Potong total biasanya hanya dilakukan sekali dalam 5
tahun.
d)
Pengendalian OPT
Pada umumnya,
terdapat 3 hama dan penyakit pada tanaman teh daerah Tritis yaitu: cacar daun
yang menyerang pada musim kabut, penggerek batang yang menyebabkan tanaman
kering lalu mati, dan penggulung daun.
Tidak ada
perlakuan khusus untuk membasmi cacar daun. Responden hanya membiarkan daun
terserang cacar karena dianggap tanaman dapat menyembuhkan dirinya sendiri
setelah musim kabut menghilang. Begitupun dengan penggerek daun, responden
tidak melakukan perlakuan khusus. Tanaman akan dipangkas jika penggulung daun
mulai menyerang.
Selain cacar
daun, penggerek batang dan penggulung daun, hama lain yang menyerang adalah
gulma. Untuk membasmi gulma, responden melakukan penyemprotan racun Rond Up
yang telah dicampur air. Penyemprotan menggunakan tangki penyemprotan.
Responden dibantu 2 orang tenaga kerja untuk menyemprot selama 5 hari. Sekali
penyemprotan biasanya hanya membutuhkan kurang lebih 100 ml racun Round Up.
4. Panen
Panen dilakukan setiap 4 kali dalam
seminggu yaitu hari senin, selasa, rabu, dan kamis. Tanaman teh mulai dapat
dipanen saat menginjak usia 10 tahun. Sebelumnya, setelah umur 3 tahun tanaman
teh hanya dapat dipetik sebanyak 1-2 pucuk. Hingga saat ini, jumlah pucuk yang
dipetik saat panen sebanyak 6-7 daun. Pemetikan hanya menggunakan tangan.
Pemetikan menggunakan sabit hanya dilakukan untuk memetik 15 daun pada satu
tanaman teh. Tanda tanaman teh siap dipetik adalah saat pucuk berwarna hijau
muda dan biasanya daun berukuran kecil.
Berbeda dengan upah tenaga kerja lainnya,
pada saat panen upah yang diberikan berdasarkan jumlah panen yang didapatkan.
Tiap tenaga kerja mendapat upah sebesar Rp 450,- per kg teh yang telah dipetik.
Jumlah tenaga kerja biasanya mencapai 2-3 orang. Untuk sekali panen, responden
menerima hasil pemetikan sebanyak 50-70 kg.
Hampir seluruh daun teh yang telah dipetik
dijual dalam bentuk basah. Harga jual daun teh basah adalah Rp 1.000,- per
kilogramnya. Untuk menjual daun teh tersebut tidak membutuhkan biaya
transportasi atau biaya tambahan lainnya karena tempat penjualannya berada
dekat dengan rumah responden.
Selain dijual dalam bentuk basah,
responden juga menyisihkan sedikit hasil panen untuk dikonsumsi sendiri atau
dijual di warung miliknya dalam jumlah kecil. Daun teh yang akan diolah menjadi
teh kering disangrai di atas tungku selama 3 hari menggunakan api kecil. Untuk
5 kg daun teh basah menghasilkan 1 kg daun teh kering. Teh yang siap dikonsumsi
dijual menggunakan plastik kecil memiliki berat kurang lebih 100 gram. Harga
jual satu bungkus teh tersebut adalah Rp 5.000.
B.
Analisis Usaha Tani
Analisis usaha
tani petani the
1. Biaya
Eksplisit
Biaya
eksplisit adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan. Seperti pengeluaran untuk
sarana dan produksi, biaya penyusutan, biaya TKLK dan lainnyaa.
Tabel 1. Biaya Eksplisit petani the pada
awal pembukaan lebun the di Desa Tritis,Ngargosari Samigaluh, Kulonprogo
No
|
Uraian
|
Biaya (Rp)
|
|||||
1
|
Saprodi
|
45,405,000
|
|||||
2
|
Penyusutan alat
|
21,694
|
|||||
3
|
TKLK
|
4,050,000
|
|||||
Jumlah
|
49,476,694
|
||||||
Total
biaya yang dikeluarkan awal pembukaan kebun the sebesar Rp 49.476.694,-. Biaya
saprodi yang dikeluarkan untuk membeli bibit teh dan pupuk urea. alat
Tabel 2. Biaya Eksplisit petani the
setelah panen di Desa Tritis,Ngargosari Samigaluh, Kulonprogo
No
|
Uraian
|
Biaya (Rp)
|
1
|
Saprodi
|
1,440,000
|
2
|
Penyusutan alat
|
21,694
|
3
|
TKLK
|
900,000
|
Jumlah
|
2,361,694
|
Total
biaya yang dikeluarkan setelah panen pertama teh sebesar RP. 2.361.694,-.
Tabel
3. Biaya Eksplisit petani the panen kedua di Desa Tritis,Ngargosari Samigaluh,
Kulonprogo
No
|
Uraian
|
Biaya (Rp)
|
1
|
Saprodi
|
1,800,000
|
2
|
Penyusutan alat
|
21,694
|
3
|
TKLK
|
840,000
|
Jumlah
|
2,661,694
|
Total
biaya yang dikeluarkan panen kedua sebesar Rp 2.661.694,-
2.
Biaya implisit
Biaya implisit
adalah biaya yang tidak benar-benar secara nyata dikeluarkan, tetapi
diperhitungkan. Seperti biaya tenaga kerja dalam keluarga. dan lahan milik
sendiri.
Tabel 4. Biaya
Implisit petani the di Desa Tritis Ngargosari Samigaluh, Kulonprogo
No
|
Uraian
|
Biaya (Rp)
|
1
|
TKDK
|
30,000
|
Jumlah
|
30,000
|
Total biaya yang
dikeluarkan untuk tenga kerja dalam keluarga sebesar Rp.30.000
3.
Penerimaan
Penerimaan usaha
yaitu jumlah nilai uang (rupiah) yang diperhitungkan dari seluruh produk yang
laku terjual.
Tabel 5.
Penerimaan petani panen teh pertama, kedua dan ketiga di Desa Tritis Ngargosari
Samigaluh, Kulonprogo
Keterangan panen
|
Produksi (Kg)
|
Jenis Harga
|
Penerimaan (Rp)
|
1. basah
|
2400
|
1000
|
2,400,000
|
2.basah
|
2880
|
1000
|
2,880,000
|
3. basah
|
3120
|
1000
|
3,120,000
|
4.
Pendapatan Dan Keuntungan Usaha Kebun
Teh
Pendapatan yaitu
jumlah nilai uang (rupiah) yang sudah dikurangi dengan biaya eksplisit. Sedangkan keuntungan adalah pendapatan
dikurangi biaya implisit.
Tabel 6. Pendapatan
dan Keuntungan panen pertama teh di Desa Tritis Ngargosari Samigaluh,
Kulonprogo
No
|
Uraian
|
Jumlah (Rp)
|
1
|
Penerimaan
|
2,400,000
|
2
|
Biaya eksplisit
|
49,476,694
|
3
|
Biaya implisit
|
30,000
|
4
|
Pendapatan
|
(47,076,694)
|
5
|
Keuntugan
|
(47,106,694)
|
Pembahasan
:
Tabel 7.
Pendapatan dan Keuntungan panen kedua teh di Desa Tritis Ngargosari Samigaluh,
Kulonprogo
No
|
Uraian
|
Jumlah (Rp)
|
1
|
Penerimaan
|
2,880,000
|
2
|
biaya eksplisit
|
2,361,694
|
3
|
biaya implisit
|
30,000
|
4
|
pendapatan
|
518,306
|
5
|
keuntugan
|
488,306
|
Pembahasan
:
Tabel 8.
Pendapatan dan Keuntungan panen ketiga teh di Desa Tritis Ngargosari Samigaluh,
Kulonprogo
No
|
Uraian
|
Jumlah
|
1
|
Penerimaan
|
3,120,000
|
2
|
biaya eksplisit
|
2,661,694
|
3
|
biaya implisit
|
30,000
|
4
|
pendapatan
|
458,306
|
5
|
keuntugan
|
428,306
|
Pembahasan
:
C.
Pembahasan
NO
|
Pembahasan
|
Petani
1
|
GAP
|
1
|
Nama Pemilik
|
Bapak
Sukardi
|
|
2
|
Alamat
|
Tritis
|
|
3
|
Luas
|
1,5
Ha
|
|
4
|
Penyiapan
Lahan
|
- Penebangan
pohon-pohon dan semak belukar menggunakan cangkul dan sabit
- Pembuatan
lubang tanam dibuat seminggu sebelum penanaman
- Dilakukan
oleh 5 orang dalam proses pembukaan lahan
- Penyiapan
lahan dilakukan hampir selama 2 minggu dimulai pukul 08.00- 15.30
- Upah/hari
perorangnya sebesar Rp. 30.000
|
-
Jangka waktu persiapan lahan 2-3
bulan
-
Pembongkaran pohon-pohon, semak
belukar dan tanggul bisa menggunakan cara mekanis dan kimia.
-
Pengolahan tanah dengan cara
mencangkul sedalam 40 cm untuk pencangkulan kedua sedalam 30–40 cm dilakukan
setelah 2–3 minggu pencangkulan pertama.
-
Pembuatan lubang tanam dibuat 1-2
minggu sebelum penanaman
-
Untuk benih asal biji ukuran
lubang tanam ukuran 30 x 30 x 40 cm dan benih asal stek ukuran 20 x 20 x 40
cm
-
Sebelum penanaman lubang diberi pupuk dasar terdiri dari 11 g Urea +
5 g TSP/SP36 + 5 g KCI .
|
5
|
Bahan
tanam
|
-
Bahan tanam didapatkan dari
bantuan pemerintah.
-
Jenis bibit yang dipakai adalah
the gambung dengan jumlah 15.000 dan harga bibit 3000.
|
Klon yang dianjurkan
seri gambung yaitu: GMB 1, GMB 2, GMB 3, GMB 4, GMB 5, GMB 6, GMB 7, GMB 8,
GMB 9, GMB 10, GMB 11
|
6
|
Penanaman
dan Sistem tanam
|
-
Jarak tanam 75 cm x 75 cm
-
Pembuatan lubang tanam dan ajir
-
Sistem tanam tumpang sari dengan
menambahkan komoditas ketela pohon dan pohon alkasia sebagai pohon pelindung
(berjarak 5 meter antar pohon pelindung)
-
Waktu tanam dilakukan pada saat
awal musim hujan
-
Penanaman dilakukan oleh 5 orang
dalam 1 minggu
|
-
Jarak tanam penanaman the yaitu
dataran rendah keiringan tanah 15% dengan jarak 120 x 90 cm, kemiringan
15-30% dengan jarak tanam 120 x 75 cm, lebih besar 30% dengan jarak tanam 120
x 60 cm.
-
Tanaman pelindung sementara yaitu
jenis Crotalaria sp. dan Tephrosia sp.
-
Tanaman pelindung tetap pada
dataran rendah yaitu jenis lamtoro, grevilia, nimba dan sagawe dengan jarak
10 x 10 m. pada dataran sedang yaitu jenis
grevilia, albasia, mindi dengan jarak tanam 15 x 10 m. pada dataran tinggi yaitu jenis grevilia,
lamtoro, suren, akasia dengan jarak tanam 20 x 20 cm.
-
Sebelum penanaman lubang diberi
pupuk dasar terdiri 11 g urea +5 g
TSP/SP36 +5g KCL
|
7
|
Pemeliharaan
|
-
Tanaman the tidak perlu pengairan,
hanya mengandalkan air hujan karena kebun the berada di dataran tinggi yang
menunjang perkebunan the tanpa perlu pengairan
-
Menggunakan pupuk urea pada awal
penanaman yang menghabiskan 4,5 sak pupuk urea.
-
Pemupukan setiap pohon sebesar 10
gr
-
Setelah penanaman awal
menggunakan pupuk kimia selanjutnya menggunakan pupuk kompos.
-
Pemupukan dilakukan oleh 5 orang dengan upah perhari Rp 30.000
-
Pemupukan dilakukan 1 tahun
sekali dengan pergantian jenis pupuk setiap tahun
-
Untuk tanaman berusia 6 tahun
diberi pupuk sebesar 45 gram
-
Benamkan pupuk pada jarak 20 cm x
20 cm antar pohon
-
Pemangkasan yang dilakukan ada 3
jenis yaitu: kepris, potong pangkas dan potong total untuk menambah cabang
pada saat menghadapi musim kemarau
-
Jumlah tenaga kerja yaitu 3 orang
dengan upah Rp. 30.000
-
Jenis OPT teh antara lain cacar
daun, penggerek batang dan penggulung daun Tidak menggunaan pestisida apapun
jika the terkena cacar daun, petani tersebut membiarkan saja.
|
-
Pemeliharaan TBM dilakukan 0-36
bulan.
-
pembentukan bidang petik (TBM)
dengan cara pemangkasan, pemenggalan,
perundukan dan kombinasi pemenggalan – perundukan.
-
Dosis pemupukan dalam kg/ha/thn
untuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)* aplikasi 5–6 kali dalam setahun
-
Dosis pemupukan untuk TM dengan
target produksi minimal 2.000 kg/ha/tahun
1.Urea dan Za,
dosis 250-350, aplikasi 3-4 kali setahun
2. TSP dan
PARP, dosis 60-120, aplikasi 1-2 kali setahun
3. MOP dan ZK,
dosis 60-180, aplikasi 2-3 kali setahun
4. Kieserit,
dosis 30-75, aplikasi 2-3 kali setahun
5. Seng sulfat,
dosis 5-10, aplikasi 7-10 kali setahun
-
Cara pemupukan dengan benamkan
pupuk pada daerah perakaran dengan jarak 30-40 cm dengan kedalaman 10-15 cm
-
Pangkasan pada dataran tinggi (400-800
dpl): tinggi pangkasan 60–70 cm (kepris) dengan membiarkan daun-daun dan
ranting tinggi 50-60 cm
-
Pangkasan ringan > 65 cm,
pangkasan tinggi 60-65 cm, pngkasan medium 45-60 cm, pangkasan dalam/berat
30-45 cm dan pemangkasan rejuvinasi <30 m
-
umumnya tinggi pangkasan bagi
kebun produktif berkisar antara 40–70 cm
-
pengendalian ulat penggulung daun
dengan kimiawi menggunakan insektisida yang diizinkan. Sedangkan pengendalian
penyakit cacar daun secara kimiawi menggunakan penyemprotan fungisida
sistematik seperti Tridemorf,
Britertanol dan Benomyl setiap 2 kali pemetikan
|
8
|
Panen
|
-
Panen dilakukan setelah the
berusia 10 tahun. Panen dilakukan setiap 4 hari dalam seminggu yaitu hari
senin, selasa, rabu, kamis.
-
Petani hanya menggunakan tangan
saat memanen.
-
Jenis petikan yang dilakukan
petikan kasar dengan jumlah 6-7 daun dari pucuk
-
Hasil panen sebesar 50-70 kg
-
Dalam pemetika menggunakan 2-3
orang dengan upah per kg sebesar Rp. 450.
|
-
Daur petik berkisar 5-6 hari.
-
Jenis petikan: petikan halus
terdiri dari pucuk peko dengan satu daun, Petikan medium terdiri dari pucuk
peko dengan dua daun, tiga daun muda, serta petikan kasar terdiri dari pucuk
peko dengan empat daun atau lebih.
|
9
|
Pasca
Panen
|
-
Tidak ada penangan pasca panen
khusus
|
-
Perawatan pucuk dalam pemetikan,
perawatan dalam pengumpulan dan penyimpanan pucuk, perawatan dalam
pengangkutan pucuk
|
10
|
Pemasaran
|
-
Teh yang sudah dipetik dijual
pada PT. Pagilaran dalam bentuk teh segar dengan harga jual Rp. 1000/kg
Sedangkan
sisanya dikonsumsi sendiri dengan cara
disangrai dengan api sedang
|
|
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://perundangan.pertanian.go.id/admin/file/Permentan%20No.50%20Tahun%202014.pdf
LAMPIRAN
Foto bersama Pak Sukardi Kebun teh milik responden
Serangan
ulat penggulung daun (Homona Coffearia)
Serangan
penyakit cacar daun
Komentar
Posting Komentar